Kabupaten
Sidoarjo adalah salah satu daerah penyangga ibukota provinsi jawa timur (*red
Surabaya), kabupaten sidoarjo berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresikdi utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di barat, dan
tergabung dalam kawasan Gerbangkertasusila
Peta Kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo |
Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi
salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian regional. Industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama
Sidoarjo. Selat Madura di timur merupakan daerah penghasil perikanan,
diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Sidoarjo juga dikenal dengan sebutan
“Kota Petis”, “Kota Tambak”, dan “Kota Udang”.
Secara geografis wilayah Kabupaten Sidoarjo berada di
dataran rendah. Sidoarjo dikenal dengan sebutan Kota Delta, karena berada di
antara dua sungai besar pecahan Kali Brantas, yakni Kali Mas dan Kali Porong.
Kota Sidoarjo berada di selatan Surabaya, dan secara geografis kedua kota ini
seolah-olah menyatu.
Kabupaten Sidoarjo terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kota kecamatan lain yang cukup besar di Kabupaten Sidoarjo diantaranya Kecamatan Sidoarjo, Taman, Krian, Candi, Porong, Wonoayu, Gedangan, Krembung, Prambon, Jabon, Sukodono, Tulangan, Tarik, Tanggulangin, Sedati, Buduran, Balongbendo, dan Waru.
Bandara Internasional Juanda dan terminal bus Purabaya
yang dianggap sebagai “milik” Surabaya, berada di wilayah kabupaten ini.
Terminal Purabaya merupakan gerbang utama Surabaya dari arah selatan, dan salah
satu terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Kereta komuter
Surabaya-Sidoarjo-Porong menghubungkan kawasan Sidoarjo dengan Surabaya.
Terminal Purabaya yang beridiri diatas tanah Pemkab Sidoarjo |
Tanggal 5 Juni 2006,
semburan lumpur panas meluas hingga menutupi hamparan sawah seluas lebih 12
hektar yang masuk dalam wilayah Desa Renokenongo dan Jatirejo. Besarnya
semburan lumpur yang keluar dari perut bumi juga menyebabkan ketinggian lumpur
sedikit lebih tinggi dari badan jalan Tol Surabaya-Gempol Kilometer 38. Dari
peristiwa ini, sebagian penduduk Dusun Siring Tangunan dan Dusun Renomencil
berjumlah 188 KK atau 725 Jiwa terpaksa mengungsi ke Balai Desa Renokenongo dan
Pasar Baru Porong. Dan hingga sekarang lumpur lapindo masih tetap menyembur di
tanah Kabupaten Sidoarjo sejak saat itu dikenal sebagai “Kota Lumpur”.
Setiap daerah tentu
mempunyai makanan khas tersendiri, tak terkecuali Sidoarjo. Sidoarjo memiliki
makanan khas yang rata-rata dari hasil tambak udang atau hasil perarairan yang
ada di Sidoarjo, ini adalah beberapa makanan khas Sidoarjo :
1. Wader Kriuk
Salah satu
yang menjadi produk andalan oleh-oleh khas Sidoarjo adalah Wader Kriuk dan crispy karena wader ini
adalah wader pilihan yang diperoleh dari kekayaan laut di Sidoarjo dan
sekitarnya. Berbeda dengan rekannya yang di air tawar, wader air laut sangat
berbeda akan citarasanya yang sangat gurih dan renyah sehingga sangat nikmat
bila dimakan buat camilan atau dibuat lauk yang dipadukan dengan sambal terasi
atau sambal bawang.
2. Kerupuk Udang Sidoarjo
Kerupuk Udang adalah
makanan primadona rakyat Sidoarjo. Anda akan dapat dengan mudah jajanan ini di
wilayah sidoarjo kota, candi dan sekitarnya. Di sepanjang jalan utama kota
Sidoarjo banyak toko-toko besar menjual kerupuk udang Sidoarjo
3. Terasi Udang Sidoarjo
Dengan melimpahnya hasil
udang tambak yang ada di Sidoarjo, tak heran jika banyak produk olahan udang di
Sidoarjo, salah satu yang populer adalah Terasi Udang. Industri terasi udang ini
bisa kita temui di pinggiran kabupaten Sidoarjo, seperti Jabon, pesisir daerah
Buduran dan sekitar pinggiran selat madura.
4. Bandeng Asap
Bandeng Asap merupakan
jajanan khas Sidoarjo yang berbahan baku ikan bandeng, dengan bumbu teh, bawang
putih, bawang merah, merica, dan garam. Untuk bahan sambalnya memakai kecap
manis, petis, air, jeruk nipis, dan cabe rawit. Proses pembuatannya cukup rumit
dan resep yang turun menurun ini membuat bandeng asap aroma dan rasanya masih
tetap seperti jaman penjajahan, yang tak kalah pentingnya adalah proses
pembuatannya dilakukan harus benar-benar oleh orang yang sudah berpengalaman.
Bandeng Asap Mentah yang dijual di salah satu toko oleh-oleh di jalan Mojopahit Sidoarjo |
5. Kupang Lontong
Kupang adalah salah
satu jenis kerang laut yang berukuran sangat kecil. Kupang yang digunakan dalam
kupang lontong berwarna putih kekuning-kuningan yang biasanya disebut kupang
beras. Sesuai namanya, jajanan ini disajikan dengan potongan-potongan lontong
dan diberi kuah air rebusan kupang. Sebelum disajikan diatas piring ditambahkan
gerusan gula merah, bawang putih, petis udang, dan cabai, lalu diberi sedikit
perasaan jeruk, sedangkan kupangnya direbus dengan daun bawang putih dan bawang
merah/
6. Sate Kerang Sidoarjo
Menyantap kupang
lontong tak akan lengkap jika tidak disandingkan dengan sate kerang. Kerang yang
disate ini tentunya berukuran agak besar dibanding kupannya.
Budaya daerah, ya setiap daerah pasti punya kebudayaan dan tradisi. Sidoarjo pasti juga punya. Apa saja? yuk jelajahi beberapa tradisi daerah Sidoarjo.
a. Lelang
Bandeng
Setiap
tahun di Kabupaten Sidoarjo tepatnya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW diadakan kegiatan lelang bandeng tradisional bertempat di alun-alun
Sidoarjo. Lelang bandeng tradisional diadakan dengan
tujuan selain menjunjung tinggi peringatan Maulid nabi Muhammad
SAW juga mempunyai maksud menjadikan cambuk untuk
meningkatkan produksi ikan bandeng dengan pengembangan motivasi dan
promosi agar petani tambak lebih meningkatkan kesejahteraannya.
Lelang bandeng adalah merupakan usaha dengan tujuan
mulia, karena hasil bersih uang seluruhnya digunakan untuk
kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan melalui yayasan amal bhakti Muslim
Sidoarjo.
Tradisi lelang bandeng selalu dibarengi dengan
kegiatan-kegiatan lainnya yaitu pasar murah, berbagai macam hiburan tanpa
dipungut biaya, antara lain Band, Orkes Melayu, Ludruk, Samroh dan lomba
MTQ tingkat kabupaten.
Bandeng yang dilelang dinamakan bandeng
“KAWAKAN“ yang dipelihara khusus antara 5 – 10 tahun dan mencapai berat 7
Kg sampai 10 Kg per ekor.
b.
Nyadran
Di Jawa, pada bulan Ruwah ( kalender Jawa ) ada
tradisi yang dinamakan Ruwatan. Bentuk –bentuk Ruwatan ini dapat berupa bersih
Desa ,Ruwah desa atau lainnya.
Di Sidoarjo tepatnya di Desa Balongdowo
Kecamatan Candi ada tradisi masyarakat yang dilakukan setiap bulan Ruwah
pada saat bulan purnama.
Tradisi tersebut dinamakan Nyadran, Nyadran ini
merupakan adat bagi para nelayan kupang desa Balongdowo sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk kegiatan Nyadran berupa pesta peragaan cara mengambil
kupang di tengah laut selat Madura.
Nyadran di Sidoarjo mempunyai ciri khas tersendiri.
Kegiatan Nyadran dilakukan oleh masyarakat Balongdowo yang mata pencaharian
sebagai nelayan kupang, pada siang harinya sangat disibukkan dengan kegiatan
persiapan pesta upacara meski puncak acaranya pada tengah malam.
Kegiatan ini dilakukan pada dini hari sekitar pukul 1
pagi. Orang- orang berkumpul untuk melakukan keliling. Perjalanan dimulai dari Balongdowo Kec, Candi
menempuh jarak 12 Km. Menuju dusun Kepetingan Ds. Sawohan Kec. Buduran.
Perjalanan ini melewati sungai desa Balongdowo, Klurak kali pecabean, Kedung
peluk dan Kepetingan ( Sawohan ).
Ketika
iring-iringan perahu sampai di muara kali Pecabean perahu yang ditumpangi anak
balita membuang seekor ayam. Konon menurut cerita dahulu ada orang
yang mengikuti acara Nyadran dengan membawa anak kecil dan anak kecil
tersebut kesurupan. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut masyarakat
Balongdowo percaya bahwa dengan membuang seekor ayam yang masih hidup ke
kali Pecabean maka anak kecil yang mengikuti nyadran akan terhindar dari
kesurupan/ malapetaka.
Sekitar
pukul. 04.30 WIB. Peserta iring-iringan perahu tiba di dusun Kepetingan Ds.
Sawohan . Rombongan peserta nyadran langsung menuju makam dewi
Sekardadu untuk mengadakan makan bersama. Sambil menunggu fajar tiba,
peserta nyadran tersebut berziarah, bersedekah, dan berdoa di makam tersebut
agar berkah terus mengalir. Menurut cerita rakyat Balongdowo Dewi sekardadu
adalah putri dari Raja Blambangan yang bernama Minak Sembuyu yang
pada waktu meninggalnya dikelilingi “ ikan kepiting “ itulah sebab mengapa
dusun tersebut dinamakan Kepetingan. Tetapi orang-orang sering menyebut Dusun
Ketingan.
Setelah
dari makam Dewi Sekardadu, sekitar pukul 07.00WIB. Perahu-perahu itu menuju
selat Madura yang berjarak sekitar 3 Km. Sekitar pukul 10.00 WIB. iring-iringan
perahu tersebut mulai meninggalkan selat Madura. Kemudian mereka kembali ke Ds
Balongdowo. Sepanjang Perjalan pulang ternyata banyak masyarakat berjajar di
tepi sungai menyambut iring-iringan perahu tiba. Mereka minta berkat/makanan
yang dibawa oleh peserta nyadran dengan harapan agar mendapat berkah.
Ada
satu proses dari pesta nyadran ini yaitu “ Melarung tumpeng “ Proses ini
dilakukan di muara /Clangap ( pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi,
dan sungai Sidoarjo ). Proses ini diadakan bila ada pesta Nyadran atau nelayan
kupang yang mempunyai nadzar /kaul.
Sekian beberapa yang khas dari Sidoarjo, jika ada yang lain mohon komentar dan sarannya. Terima kasih
Sumber info :
Josss..
BalasHapus